Orang miskin lebih mudah gemuk????????????
Minggu, 16 Oktober 2011
, Posted by Alfi at 23.55
Dulu tubuh gemuk berarti makmur. Maka tidak heran jika orang tua menjejali anaknya dengan makanan sebanyak-banyaknya dengan harapan anaknya sehat dan gemuk. Waktu itu orang takut kurus karena bisa dikira kurang makan atau tidak sanggup membeli makanan. Ya, itu dulu. Saat sebagian besar negara di bumi ini baru keluar dari krisis perang dunia.
Sekarang jaman telah berubah. Di era modern ini, gemuk bukan lagi lambang kemakmuran. Semakin banyak orang yang sadar bahwa tubuh gemuk adalah sarang berbagai-bagai penyakit. Bukan hanya itu saja, kemampuan berpikir, produktifitas, bahkan harapan hidup menurun dengan bertambahnya kiloan seseorang.
Sementara itu, semakin makmur suatu masyarakat maka semakin tinggi tingkat pendidikannya. Dan tingkat pendidikan menjadi tolak ukur kesadaran masyakat untuk polah hidup sehat. Dengan pengetahuan yang memadai maka masyarakat lebih bijaksana memilih makanan, minuman, berolahraga dan mejaga kesehatan. Itu sebabnya masuk akal jika orang miskin lebih mudah gemuk sedangkan orang kaya lebih mudah langsing. Beberapa alasannya adalah:
1. Makanan Sehat
Ketika pendapatan meningkat maka fokus utama masayarakat bukan lagi pada penyediaan pangan, tapi lebih pada upaya memilih makanan yang sehat. Hari gini, makanan sehat tidak murah. Makanan organik, bebas pengawet dan hormon, hanya bisa dijangkau oleh orang kaya. Sedangakan orang dengan pendapatan pas-pasan harus puas dengan trans fat, kolesterol, bahan pengawet dan pestisida. *Kasian deh*
2. Olahraga Teratur
Coba saja ke gym, club atau fitness center terbaik, tentu tidak ada orang miskin di sana. Terang saja, jika penghasilan mereka tidak setaraf manajer atau direktur maka klub olahraga bukan tempat mereka menjaga stamina dan membakar lemak. Sebenarnya tersedia juga olaraga murah meriah seperti jogging dan lari pagi, tapi mengingat tingginya tingkat polusi dan keamanan yang tidak terjamin ini juga bukan pilihan yang baik. Itu sebabnya orang miskin lebih banyak menghabiskan waktu luang di depan TV dan santai di rumah saja. Dan jika itu terjadi, jajanan murah yang sarat lemak dan gula menjadi teman setia. Sehingga kita kembali lagi ke masalah yang pertama. *Sigh!*
3. Aktivitas Liburan
Kalau orang kaya mengisi liburan dengan tour ke luar negeri, piknik ke pantai, mengunjungi tempat wisata, orang miskin hanya punya pilihan ngitar-ngitar rumah atau menonton sinetron Korea sampai mabok. Kalau bosan, jalan-jalan ke mall juga bisa jadi hiburan sambil window shopping barang-barang yang tidak terjangkau kocek. Jika bersama anak-anak, liburan bisa berakhir di Mc Donald berharap Happy Mealnya dapat membuat anak-anaknya happy. Dan sekali lagi kita kembali ke masalah No. 1. *Sigh, sigh*
4. Jaminan Kesehatan
Boro-boro medical cek up, bahkan sakit pun masayarakat miskin enggan ke dokter. Biaya kesehatan yang mahal, asuransi kesehatan yang belum membumi mejadikan jaminan kesehatan adalah pelayanan yang mewah. Karena tidak wasapada dengan gangguan kesehatan maka tidak ada rem yang dapat menghentikan pola hidup yang tidak sehat. Tidak heran jika serangan jantung, stroke, kanker, dan penyakit kritis lainnya masih sangat tinggi peminatnya. Sama halnya dengan pengendara mobil tanpa rem menghentikan kendaraanya dengan menghantam pohon, begitulah akhir dari para pengendara hidup yang pas-pasan. Jika dicek kembali sebagian besar mereka yang menderita penyakit kritis datang dari kalangan menengah ke bawah. *Oh, nasib!*
5. Perawatan Kecantikan
Apa saja sekarang bisa dilakukan dengan duit. Kalau kelebihan lemak cenderung sebagai faktor keturunan dan tidak bisa dihindari, orang yang banyak duitnya bisa melakukan sedot lemak atau liposuction. Eh, bahkan ada yang lebih ekstrim dengan mengambil resiko operasi bypass. Ini tentu saja tidak terjangkau oleh orang miskin meskipun seluruh gajinya ditabung selama setahun. *Wueleh!*
Dengan adanya fakta-fakta di atas Anda punya dua pilihan, pertama, jangan jadi orang miskin. Kedua, berusahalah untuk jadi orang kaya!
Sebenarnya ada sih pilihan ketiga, yaitu jadilah orang bijaksana. Pandai-pandailah dengan hidup ini. Carilah makanan sehat yang murah meriah. Banyak melakukan aktivitas dan jagalah kesehatan sebaik-baiknya. Mulailah pola hidup sehat semenjak kanak-kanak. Semakin dini orang tua mengajarkan anak-anaknya maka sema
Sekarang jaman telah berubah. Di era modern ini, gemuk bukan lagi lambang kemakmuran. Semakin banyak orang yang sadar bahwa tubuh gemuk adalah sarang berbagai-bagai penyakit. Bukan hanya itu saja, kemampuan berpikir, produktifitas, bahkan harapan hidup menurun dengan bertambahnya kiloan seseorang.
Sementara itu, semakin makmur suatu masyarakat maka semakin tinggi tingkat pendidikannya. Dan tingkat pendidikan menjadi tolak ukur kesadaran masyakat untuk polah hidup sehat. Dengan pengetahuan yang memadai maka masyarakat lebih bijaksana memilih makanan, minuman, berolahraga dan mejaga kesehatan. Itu sebabnya masuk akal jika orang miskin lebih mudah gemuk sedangkan orang kaya lebih mudah langsing. Beberapa alasannya adalah:
1. Makanan Sehat
Ketika pendapatan meningkat maka fokus utama masayarakat bukan lagi pada penyediaan pangan, tapi lebih pada upaya memilih makanan yang sehat. Hari gini, makanan sehat tidak murah. Makanan organik, bebas pengawet dan hormon, hanya bisa dijangkau oleh orang kaya. Sedangakan orang dengan pendapatan pas-pasan harus puas dengan trans fat, kolesterol, bahan pengawet dan pestisida. *Kasian deh*
2. Olahraga Teratur
Coba saja ke gym, club atau fitness center terbaik, tentu tidak ada orang miskin di sana. Terang saja, jika penghasilan mereka tidak setaraf manajer atau direktur maka klub olahraga bukan tempat mereka menjaga stamina dan membakar lemak. Sebenarnya tersedia juga olaraga murah meriah seperti jogging dan lari pagi, tapi mengingat tingginya tingkat polusi dan keamanan yang tidak terjamin ini juga bukan pilihan yang baik. Itu sebabnya orang miskin lebih banyak menghabiskan waktu luang di depan TV dan santai di rumah saja. Dan jika itu terjadi, jajanan murah yang sarat lemak dan gula menjadi teman setia. Sehingga kita kembali lagi ke masalah yang pertama. *Sigh!*
3. Aktivitas Liburan
Kalau orang kaya mengisi liburan dengan tour ke luar negeri, piknik ke pantai, mengunjungi tempat wisata, orang miskin hanya punya pilihan ngitar-ngitar rumah atau menonton sinetron Korea sampai mabok. Kalau bosan, jalan-jalan ke mall juga bisa jadi hiburan sambil window shopping barang-barang yang tidak terjangkau kocek. Jika bersama anak-anak, liburan bisa berakhir di Mc Donald berharap Happy Mealnya dapat membuat anak-anaknya happy. Dan sekali lagi kita kembali ke masalah No. 1. *Sigh, sigh*
4. Jaminan Kesehatan
Boro-boro medical cek up, bahkan sakit pun masayarakat miskin enggan ke dokter. Biaya kesehatan yang mahal, asuransi kesehatan yang belum membumi mejadikan jaminan kesehatan adalah pelayanan yang mewah. Karena tidak wasapada dengan gangguan kesehatan maka tidak ada rem yang dapat menghentikan pola hidup yang tidak sehat. Tidak heran jika serangan jantung, stroke, kanker, dan penyakit kritis lainnya masih sangat tinggi peminatnya. Sama halnya dengan pengendara mobil tanpa rem menghentikan kendaraanya dengan menghantam pohon, begitulah akhir dari para pengendara hidup yang pas-pasan. Jika dicek kembali sebagian besar mereka yang menderita penyakit kritis datang dari kalangan menengah ke bawah. *Oh, nasib!*
5. Perawatan Kecantikan
Apa saja sekarang bisa dilakukan dengan duit. Kalau kelebihan lemak cenderung sebagai faktor keturunan dan tidak bisa dihindari, orang yang banyak duitnya bisa melakukan sedot lemak atau liposuction. Eh, bahkan ada yang lebih ekstrim dengan mengambil resiko operasi bypass. Ini tentu saja tidak terjangkau oleh orang miskin meskipun seluruh gajinya ditabung selama setahun. *Wueleh!*
Dengan adanya fakta-fakta di atas Anda punya dua pilihan, pertama, jangan jadi orang miskin. Kedua, berusahalah untuk jadi orang kaya!
Sebenarnya ada sih pilihan ketiga, yaitu jadilah orang bijaksana. Pandai-pandailah dengan hidup ini. Carilah makanan sehat yang murah meriah. Banyak melakukan aktivitas dan jagalah kesehatan sebaik-baiknya. Mulailah pola hidup sehat semenjak kanak-kanak. Semakin dini orang tua mengajarkan anak-anaknya maka sema
Currently have 0 komentar: